Keutamaan menuntut ilmu dalam islam memiliki kedudukan yang tinggi, bahkan Allah mengangkat derajat orang orang yang berilmu.
Keutamaan menuntut Ilmu memiliki derajat yang sama dengan berjihad di jalan Allah. Bahkan karena sangat pentingnya menuntut ilmu Allah memerintahkan sebagain orang untuk tinggal (tidak ikut berperang), dengan tujuan menuntut ilmu.
Oleh karena itu, sudah sepatunya sebagai mukmin yang taat kita harus senantiasa teguh dalam menuntut ilmu, karena hal tersebut adalah suatu keutamaan sebagai umat muslim.
Selanjutnya, masih dalam pembahasan keutamaan menuntut ilmu kita akan membagi dalam dua bab pembahasan.
Mulai dari keutamaan menuntut ilmu agama dan keutamaan menutut ilmu menurut para ulama.
Untuk lebih jelasnya, akan di jelaskan dalam keterangan berikut ini.

1. Keutamaan Menuntut Ilmu Agama
Pertaman, kutamaan menutut ilmu agama adalah suatu kewajiban, bahkan jika dalam satu desa atau satu kelompok, tidak ada yang menuntut ilmu sama sekali, maka satu desa tersebut bisa dihukum terkena dosa.
Selain itu, dalam menuntut ilmu memiliki beberapa tahapan untuk sampai di katakana fakih dalam keilmuwannya.
Dari Mu’awiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037).
Yang dimaksud fakih dalam hadits bukanlah hanya mengetahui hukum syar’i, tetapi lebih dari itu. Dikatakan fakih jika seseorang memahami tauhid dan pokok-pokok Islam, serta yang berkaitan dengan syari’at Allah.
Masih, seputar keutamaan menuntut ilmu, kita juga mengetahui bahwa ilmu tidak akan terputus amalannya sampai kita meninggal
Demikian dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin dalam Kitabul ‘Ilmi, hal. 21.
Dalam riwayat lain juga di katakan,
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seorang manusia mati maka terputuslah darinya amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim no. 1631).
Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini kita akan membagi kembali menjadi 3 pokok pembahasan, yang memuat cakupan keilmuwan dalam islam.
a. Adab Menuntut Ilmu
Pertama, dalam pembagian bab di atas adalah adab menuntu ilmu
Adab dalam islam menjadi suatu keutamaan, karena ilmu tanpa adab sama saja akan menimbulkan kerusakan dan kemadzorotan baik bagi dirinya maupun lingkungannya.
Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”
Oleh karenanya, para ulama sangat perhatian sekali mempelajarinya.
Ibnul Mubarok berkata,
تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين
“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”
Karena itu, para ulama memprioritaskan menuntu ilmu adab sebelum memperlajari ilmu – ilmu lainnya. Untuk artikel selengkapnya klik keutamaan mempelajari ilmu adab

b. Mengetahui Pentinganya Ilmu
Kedua, masih dalam pembahasan keutamaan menuntut ilmu adalah mengetahui pentingnya ilmu itu sendiri.
Mengenai pembahasan ilmu itu sendiri sangat luasa sekali.
Karena sebenarnya, Ilmu dalam islam bukan hanya berbicara syariat saja melainkan juga pengetahuan umum yang termuat dalam islam itu sendiri.
Disamping itu, jika membicarakan ilmu dalam islam maka kita membicarakan ilmu astronomi, ilmu matematika, ilmu biologi, kedokteran dan keilmuwan lainnya.
Sayangnya, sangat sedikit sekali ulama yang menyatukan antara keduanya.
Jika kita melihat pada periode kejayaan islam, masa pertumbuhan islam mencapai hasilnya pada masa kekhilafahan Abbasiyah.
Yang merupakan masa kejayaan, yaitu periode kedua.
Pada masa khalifah Abbasiyah, peradaban islam mengalami masa keemasan
(golden eges)
Pada masa keemasan ini banyak bermunculan tokoh dan cedikiawan muslim yang produktif dalam keilmuwan.
Diantaranya, adalah Ibn Miskawaih dan Al –Ghazali ibnu Qutaibah, Ibnu Sina dan masih banyak ilmuwan isalam lainnya.
Oleh karena itu sudah sepatutnya keilmuwan harus di pahami secara utuh bukan terpecah pecah antara syariat dan non syariat, selengkapnya klik disini .

2. Ilmu Dan Pemilik Ilmu
Ketiga, adalah keutamaan – keutamaan ilmu dan pemilik ilmu.
Jika kita membicarakan mengenai ilmu dan pemiliknya, maka di tahap ini kita akan mengenal istilah ulama.
Ulama dan Ilmu adalah satu paket pembahasan karena bisa di katakana, seorang ulama adalah orang yang memahami ilmu.
Hal ini bisa direnungkan dalam ayat,
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308).
Para ulama berkata,
من كان بالله اعرف كان لله اخوف
“Siapa yang paling mengenal Allah, dialah yang paling takut pada Allah.”
Selengkapnya akan kita bahas dalam kesempatan lainnya mengenai keutamaan para ulama klik baca selengkapnya
3. Keutamaan menuntut ilmu menurut para ulama
Dan bab yang terakhir adalah keutamaan menuntu ilmu menurut para ulama.
Ibnul Qayyim berkata,
“Seandainya keutamaan ilmu hanyalah kedekatan pada Rabbul ‘alamin (Rabb semesta alam), dikaitkan dengan para malaikat, berteman dengan penduduk langit, maka itu sudah mencukupi untuk menerangkan akan keutamaan ilmu. Apalagi kemuliaan dunia dan akhirat senantiasa meliputi orang yang berilmu dan dengan ilmulah syarat untuk mencapainya”
a. Keutamaan Menuntut Ilmu Menurut Ustadz Adi Hidayat
Yang pertama adalah keutamaan menuntu ilmu menurut ustadz adi hidayat ialah seorang Muslim yang memiliki materi berlimpah, kedudukan yang megah, tetapi gagal paham tentang agamanya, maka ia belum termasuk orang baik menurut Allah SWT.
Karena itu, saat Allah SWT menginginkannya berubah menjadi baik, hal pertama yang diberikan ada lah bim bingan untuk mau belajar.
Dia dibimbing untuk memahami tuntunan agamanya.
Ringannya langkah penuntut ilmu juga akan meringankan dia menuju surga.
Seorang penuntut ilmu pun akan dinaikkan derajatnya men jadi pewaris para Nabi. “Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa siapa pun yang menempuh jalan untuk belajar satu pe ngetahu an, Allah akan mudahkan jalannya menuju surga.
Dan sungguh, para malaikat membentangkan sayap me reka seraya meridhai para penuntut ilmu. Sungguh, penghuni langit dan bumi hingga yang berada di lautan memohonkan ampunan bagi penuntut ilmu.
Sungguh, keutamaan orang berilmu dibanding ahli iba dah layak nya keutamaan rembulan dibanding se luruh gemintang. Sungguh, para ahli ilmu ada lah pewaris para Nabi, sedang para Nabi tidaklah mewaris kan dinar dan dirham, melain kan pengetahuan…. ” (HR ibnu Majah)./ dikutip dari republika.co.id
b. Keutamaan Menuntut Ilmu Berdasarkan Hadits
Yang kedua, adalah keutamaan menuntut ilmu beradasarkan hadits, beberapa riwayat bahkan sampai-sampai memberikan kedudukan yang sangat tinggi berkaitan dengan ilmu
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya ia niatkan untuk mengharap wajah Allah ‘azza wa jalla, namun ia malah niatkan untuk menggapai dunia, maka di hari kiamat ia tidak akan mencium bau surga” (HR. Abu Daud no. 3664 dan Ibnu Majah no. 252, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
مَجْلِسُ فِقْهٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّينَ سَنَةً
“Majelis ilmu lebih baik dari ibadah 60 tahun lamanya.”
Dan yang terakhir dalam penjelasan singkat keutamaan menuntut ilmu adalah firman Allah dalam surat mujadalah ayat 11
Berikut surat Al Mujadalah ayat 11:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ – ١١
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”
Kesimpulannya, kedudukan ilmu dalam islam memiliki derajat yang sangat tinggi.
Oleh karena itu dalam proses menuntu ilmu harus melalui tahapan yang tepat mulai dari adab hingga memahami urgensi dari ilmu itu sendiri.
Dari sinilah, akan lahir proses pembelajaran keilmuwan yang baik dan tertata.
Sehingga kelak akan muncul para ilmuwan yang fahim akan ilmu dan beradab serta memiliki keilmuwan yang luas.
(by. ghassan nikko hasbi)